Panduan Mengatur Keuangan untuk Karyawan Bergaji UMR

Sumber : Envato

Mendapati bahwa biaya hidup makin mahal, sementara kenaikan gaji tidak signifikan, tentu karyawan bergaji UMR ketar-ketir. Tidak jarang pinjaman online menjadi pilihan untuk keluar dari permasalahan keuangan. Namun kenyataannya, pinjaman online ilegal justru sering kali menghadirkan masalah baru.

Jangan terburu-buru panik menghadapi kondisi ini. Meskipun memiliki gaji UMR, kamu tetap bisa bertahan hidup dengan keuangan yang sehat jika bisa mengaturnya dengan baik. Simak panduan berikut agar keuanganmu tidak boncos sana-sini. 

Sumber : Envato

Buatlah Anggaran Keuangan

Langkah pertama yang harus kamu lakukan ialah membuat anggaran keuangan. Ada beberapa komponen dalam anggaran, antara lain pemasukan, pengeluaran, dan tabungan atau investasi. Identifikasi pemasukan yang sifatnya rutin atau insidental. Kemudian, bagi-bagilah dana tersebut ke berbagai pos pengeluaran.

Terlebih dahulu, identifikasi pos pengeluaran yang sifatnya wajib, seperti tagihan listrik, sewa atau cicilan rumah, makan, biaya transportasi, dan asuransi kesehatan. Setelah itu, identifikasi pengeluaran yang sifatnya bukan prioritas, seperti hiburan dan rekreasi. Identifikasi mana yang sekiranya tidak terlalu penting sehingga dapat disisihkan. 

Ada berbagai model anggaran yang bisa kamu terapkan. Misalnya, Elizabeth Warren dalam buku All Your Worth: The Ultimate Lifetime Money Plan memopulerkan prinsip 50/30/20. Pendapatan dibagi menjadi tiga, yaitu 50% untuk kebutuhan, 30%untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan.

Sesuaikan Gaya Hidup dengan Pendapatan

Terapkan prinsip hidup bahwa selera jangan melebihi salary. Tidak masalah jika sesekali kamu ingin membeli barang mewah, liburan, atau makan di restoran mahal sebagai bentuk self reward. Namun, jika terlalu sering, hal ini dapat dikategorikan sebagai bentuk pemborosan.

Dengan gaji yang terbatas, kamu bisa beralih ke gaya hidup yang lebih hemat. Misalnya, lebih sering membawa bekal daripada makan di luar, mengurangi nongkrong yang tidak perlu, dan memanfaatkan barang yang masih bisa dipakai. Berbelanjalah secara bijak dengan mempertimbangkan kebutuhan, bukan sekadar impulsif.

Pisahkan Rekening Tabungan dari Rekening Pengeluaran

Untuk memudahkan penyusunan anggaran, pisahkan rekening pengeluaran dari rekening tabungan. Dengan demikian, kamu bisa mengurangi godaan untuk menggunakan uang lebih dari batas yang telah ditentukan.

Jangan Mengambil Cicilan Terlalu Banyak

Ketika akan membeli barang dengan sistem cicilan, usahakan barang yang kamu beli sifatnya produktif. Pertimbangkan kemampuanmu untuk membayar cicilannya. Tetapkan berapa persentase maksimal untuk membayarnya, misalnya 25% dari gaji. Jangan sampai besarannya melebihi pengeluaran untuk kebutuhan yang lebih penting, misalnya membayar asuransi kesehatan.

Baca Juga: Pertama! Beli Asuransi Penyakit Kritis Semudah Tap In di Transaksi QRIS

Lakukan Evaluasi

Setelah anggaran keuanganmu telah berjalan beberapa saat, lakukan evaluasi secara berkala. Misalnya dalam jangka 3 atau 6 bulan. Cobalah untuk mengidentifikasi pos-pos mana yang mengambil porsi terlalu besar dan mana yang sebaiknya bisa dinaikkan. Dari sini, kamu juga bisa melihat berapa jumlah tabungan dan tanggungan utang. Jika keuanganmu belum membaik, lakukan revisi anggaran.

Mencari Pendapatan Tambahan

Sudah melakukan berbagai usaha penghematan, tetapi keuanganmu masih ngos-ngosan? Barangkali kamu harus menambah pemasukan. Kamu bisa mengambil pekerjaan tambahan selama itu tidak mengganggu pekerjaan utama.

Coba gali kembali apa hobi atau potensimu yang bisa menghasilkan uang. Misalnya, fotografi, desain grafis, menulis, menerjemahkan, memasak, dsb. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, kamu bisa mengambil pekerjaan-pekerjaan freelance, bahkan dari luar negeri dengan honor dolar yang lumayan. 

Mulailah Berinvestasi

Selain menyisihkan uang dalam bentuk tabungan, kamu juga bisa mulai berinvestasi. Bedanya dengan tabungan, imbal jasa yang kamu peroleh akan lebih besar jika perusahaan tempat berinvestasi itu menghasilkan profit tinggi. Sementara itu, di bank, yang kamu peroleh hanyalah bunga yang persentase tidak besar.

Hal pertama yang kamu harus kamu lakukan ialah memastikan bahwa uang yang kamu investasikan adalah uang “dingin”. Jangan gunakan uang konsumsi sehari-hari atau bahkan pinjaman. Ada berbagai instrumen investasi yang bisa kamu pilih. Di Indonesia, instrumen investasi yang populer antara lain emas, deposito, saham, obligasi, reksa dana, properti, dan peer to peer leading

Namun, dengan recehan, kini kamu bisa mulai berinvestasi. Mulai dari 1.000 rupiah, kamu bisa berinvestasi lewat Investasi Uang Receh dari Otto yang bekerja sama dengan X-Dana. Dana investasinya berasal dari kembalian ketika bertransaksi di Alfamart, Indomaret, atau merchant berlogo QRIS lainnya. Mau investasi, mulai dari sekarang yuk!